Pages

Translate

Saturday, September 13, 2014

Pilihan Bagi Lajang, Rumah Atau Mobil?

Memiliki rumah dan kendaraan pribadi memang menjadi idaman kebanyakan orang. Tak terkecuali bagi Anda yang masih melajang. Dengan kedua aset itu, kehidupan dan masa depan akan terbayang lebih cerah. Pun bisa mengangkat status sosial. Tapi bagaimana bila kondisi keuangan tidak memungkinkan Anda memiliki keduanya secara bersamaan. Manakah yang perlu diprioritaskan?
Perencana Keuangan dari OneShildt Financial Planning, Mohammad Andoko mengatakan, pemilihan itu harus berdasarkan atas tujuan kehidupan Anda di masa depan. Jika belum berencana menikah dalam waktu dekat dan masih ingin berkonsentrasi membangun karier, membeli mobil bisa jadi pilihan.
"Terutama bagi orang yang jenis pekerjaannya membutuhkan alat transportasi sebagai penunjang," kata dia kepada Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia, Kamis, 21 Agustus 2014.
Selain berfungsi meningkatkan produktivitas, mobil juga bisa menjadi sarana untuk aktivitas hiburan Anda. Seperti berlibur bersama teman, atau berjalan-jalan dengan pasangan. "Kalau memilih mobil, Anda perlu memikirkan biaya perawatan dan konsumsi bensinnya," kata dia.
Sementara bagi Anda yang ingin menjadikan pengeluaran sebagai sarana investasi, ada baiknya mendahulukan pembelian rumah. Sebab, rumah termasuk jenis aset yang nilainya terus bertambah setiap tahun. Sebaliknya dengan kendaraan, semakin lama terpakai harga jual kembali justru cenderung menurun. "Walaupun belum berencana menikah, niat membeli rumah bisa terwujud selama kondisi keuangan memungkinkan," kata dia.
Untuk mengetahui kesehatan keuangan, Anda harus memeriksa kesiapan dalam membayar uang muka KPR. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia, jumlah uang muka bagi rumah pertama adalah 30 persen dari harga jual properti. Ada bisa mengumpulkan dana ini dengan menyisihkan pendapatan sekitar 20 persen setiap bulan. "Rasionya bisa berbeda tiap orang, dengan memperhatikan pendapatan dan harga rumah yang ingin dibeli," kata dia.
Selanjutnya, pastikan gaji bulanan Anda cukup untuk membayar cicilan. Berdasarkan teori, jumlah cicilan utang maksimal sekitar 30-35 persen. Adapun pembagiannya, 20 persen untuk utang produktif dan sisanya untuk utang konsumtif. Dan karena rumah merupakan utang produktif, rasionya bisa diperbesar menjadi 30 persen. "Asalkan jika diakumulasikan dengan utang lain, jumlahnya tak melewati 35 persen dari total pendapatan Anda," ujarnya.
Terakhir, persiapkan kebutuhan untuk dana tambahan. Seperti biaya administrasi, biaya penilaian jaminan, jasa notaris, Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT), serta Bea Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Sementara soal jangka waktu kredit, bisa menyesuaikan besaran cicilan dan kesanggupan Anda. "Semakin cepat, malah tambah bagus."

No comments:

Post a Comment

Gunakan bahasa yang patut, sopan dan santun demi kenyamanan bersama.