Pages

Translate

Saturday, September 13, 2014

Perpisahan Tak Selalu Berarti Buruk

Tenang saja, kali ini saya nggak akan membicarakan tentang perpisahan dengan pasangan, tapi lebih kepada perpisahan secara umum—yang pasti sering banget kita alami. Dari kecil, kita sudah terbiasa dengan perpisahan. Kita berpisah dengan teman-teman di SD ketika melanjutkan ke SMP. Berpisah dengan teman-teman SMP ketika melanjutkan ke SMA. Berpisah dengan sahabat karena kuliah beda kota, dengan sahabat di kantor ketika pindah kerja, berpisah dengan orangtua ketika kita menikah dan masih banyak perpisahan yang lainnya.
Dulu, kalau ada perpisahan, saya biasanya adalah salah satu yang menangis paling kencang. Yah, walaupun sampai sekarang masih, sih. Yang membedakan adalah, semakin saya dewasa, saya semakin mengerti bahwa yang namanya perpisahan itu tidak bisa dihindari dan kadang memang kita butuhkan.  Bahkan kadang kita sendiri yang memutuskan untuk berpisah. Mungkin karena ketidakcocokan, mungkin karena keadaan, mungkin karena memang harus begitulah adanya—atau mungkin mereka yang memutuskan untuk pergi.

Yang jelas, namanya sebuah hubungan (pekerjaan, persahabatan, asmara, dan lainnya) sama seperti semua hal di dunia ini: mengalami perubahan. Kita berubah setiap hari, dan begitu pun orang-orang di sekitar kita. Dan kadang perubahan tersebut yang membawa kita kepada perpisahan.

Saya belajar untuk mengerti bahwa kita nggak bisa menyimpan semua yang kita inginkan di dalam kotak, menguncinya dan membawanya terus menerus seumur hidup. Saya harus belajar untuk merelakan. Belajar untuk mengerti bahwa, as cliché as it sounds, semua orang yang datang dalam hidup saya pasti ada alasannya, dan ketika mereka nggak ada lagi dalam hidup saya, artinya mungkin memang sudah saatnya mereka pergi.

Yang harus saya tekankan kepada diri saya adalah setiap hubungan dan setiap interaksi memiliki tujuan tertentu, dengan atau tanpa kita sadari, yang akan mengubah dan membentuk kita menjadi diri kita sekarang ini. Untuk mengurangi kepedihan akan perpisahan, saya memilih untuk mengingat hal-hal positif dan bagus yang orang tersebut bawa ke dalam hidup saya.


Seperti yang tadi saya bilang, kita semua berubah. Kita memiliki keinginan yang berbeda. Kita memiliki visi yang berbeda. Kita melihat dunia dengan cara yang berbeda. Ini adalah alasan mengapa kita berpisah jalan dengan orang lain. Nggak ada yang bilang kalau berpisah itu menyenangkan sih, tapi ada kalanya kita memang harus melepaskan hubungan yang nggak memiliki dampak yang baik bagi kita, hubungan seperti simbiosis parasitisme, demi kehidupan kita yang lebih baik juga. Mungkin memang kita hanya bersilang jalur pada suatu waktu, bersama-sama untuk sesaat sampai akhirnya ada persimpangan yang membuat kita berpisah karena sesuatu atau seseorang.

Pada intinya, saya hanya ingin bilang bahwa, jangan bertahan pada sesuatu/seseorang hanya karena impulsif mengikuti perasaan sehingga kita nggak mau melepaskan dan tetap mengikat diri kita. Kita nggak bisa menyelamatkan semua hubungan, dan mungkin saja hubungan yang nggak bisa diselamatkan tersebut memang bukan hal yang kita butuhkan.

Namun jika memang hubungan tersebut sangat berharga bagi kita, pastikan kalau kita memang menghargainya. Memastikan bahwa orang-orang di sekeliling kita tahu bahwa mereka penting dan berharga dalam hidup kita. Jadi ketika perpisahan memang harus terjadi, kita nggak menyesal karena nggak melakukan apa yang seharusnya kita lakukan.

Selebihnya, perpisahan adalah sebuah realitas hidup yang memang harus dijalani. Mungkin hidup kita akan lebih baik dengan berpisah, dan mungkin juga sebuah perpisahan justru adalah awal dari sebuah pertemuan dari hubungan yang lebih baik di masa depan.

No comments:

Post a Comment

Gunakan bahasa yang patut, sopan dan santun demi kenyamanan bersama.