Menikah
Banyak pasangan mengidamkan pesta pernikahan yang megah dan mewah. Selain bertujuan untuk membuat peristiwa sakral itu menjadi berkesan, ada pula upaya mempertahankan status sosial. Apalagi jika kedua pasangan berasal dari keluarga kaya. Meski menghabiskan banyak biaya, mereka tetap menggelar pesta dahsyat. Tapi ada juga pasangan yang sampai rela membiayai hari besar dari pinjaman.
Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi, Andy Nugroho
mengatakan, Anda boleh saja merayakan pesta pernikahan asal tetap sesuai
kemampuan. Namun memaksakan diri hingga berutang, ia anggap hanya
menambahkan beban keuangan di masa depan. Sebab setelah menikah, akan
ada banyak pengeluaran keluarga yang perlu Anda pikirkan. Seperti biaya
makan, mencicil tempat tinggal, tabungan pendidikan anak, dan keperluan
rumah tangga lain.
"Jangan sampai mengorbankan keuangan cuma untuk resepsi yang tak lebih dari tujuh jam," kata Andy kepada Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia, Minggu, 7 September 2014.
Karena itu, sebaiknya perjamuan cukup Anda gelar sesuai pendapatan. Lalu bagaimana perhitungannya?
Pertama, lakukan survei untuk mengalkulasi biaya pernikahan. Seperti
pembuatan undangan, hidangan, pakaian, sewa gedung, cendera mata, hingga
ongkos administrasi dan surat menyurat. Jika keuangan kurang begitu
baik, tak perlu ngotot untuk menggunakan gedung dan katering. Pun jumlah
tamu yang hendak Anda undang. Cukup mengabari kerabat dan sahabat
dekat. Jangan lupa, manfaatkanlah rumah orang tua dan saudara untuk
membantu menyediakan makanan.
"Biasanya ada tradisi di masyarakat Indonesia yang menggelar pesta di
rumah mempelai wanita, sementara pihak laki-laki menyumbangkan setengah
atau sepertiga biaya," kata dia. "Kesepakatan seperti ini cukup
membantu menurunkan penumpukan beban yang berlebihan di satu pihak."
Setelah menghitung asumsi pengeluaran, tentukanlah tanggal pesta
pernikahan. Ini berhubungan dengan besaran uang yang perlu Anda
sisihkan. Semakin lama persiapannya, tambah ringan beban uang yang perlu
Anda tabung setiap bulan.
"Kalaupun Anda belum memiliki ada calon, tidak masalah menyiapkan
uang mulai sekarang," kata dia. "Toh, pada akhirnya Anda berencana
menikah juga."
Besaran alokasi tabungan nikah, Andy melanjutkan, sekitar 10-30
persen dari pendapatan bulanan. Jika menurut Anda jumlah itu tidak akan
cukup untuk menutupi biaya kawin, carilah pendapatan tambahan atau
memperkecil anggaran pesta. "Kalau waktu pernikahan masih 3-5 tahun
lagi, bisa memanfaatkan reksa dana saham," kata dia. "Tapi jika
persiapan hanya sekitar dua tahun, Anda dapat mengoptimalkan instrumen
reksa dana pendapatan tetap."
Bila kesehatan keuangan belum juga membaik, tak perlu malu untuk
meminta bantuan keluarga. Walaupun terkesan kurang mandiri, pada
kenyataannya masyarakat Indonesia masih memegang kultur kekerabatan yang
sangat erat. Apalagi jika pasangan merupakan anak tunggal, calon mertua
pasti tak mau melepasnya begitu saja tanpa memberikan bantuan
finansial.
"Mungkin saja mereka merasa ada kewajiban moral untuk bertanggung
jawab hingga sang anak resmi menikah dan pindah tempat tinggal," kata
dia.
Mengenai sumbangan tamu saat pelaksanaan pesta, sebaiknya Anda tidak
berharap banyak pada hal itu. Sebab sulit memprediksi berapa jumlah uang
yang akan Anda terima saat menggelar resepsi. Jangan sampai sudah
mereka-reka asumsi pendapatan dari sumbangan, nyatanya tak mampu
menutupi beban yang telah Anda ambil dari hasil pinjaman.
"Kalau dapat malah bagus, manfaatkan saja untuk biaya kehidupan dan
membayar utang sebelumnya," kata dia. "Tapi jangan menjadi sumber utama
untuk membiayai pernikahan."
No comments:
Post a Comment
Gunakan bahasa yang patut, sopan dan santun demi kenyamanan bersama.