baby-with-dad
Seperti yang sudah saya tulis di artikel ini,
ternyata kondisi baby blues nggak cuma bisa dirasakan para new mom
saja, ya. Kalau belum siap, seorang ayah juga bisa mengalami sindrom
yang sama. Beruntung sekali, empat tahun yang lalu setelah melahirkan
Bumi, saya ataupun suami sama sekali nggak ngalamin perasaan yang tidak
mengenakan tersebut.
Walaupun begitu, belum ada jaminan juga, sih, kalau nanti ketika saya
punya anak lagi, kondisi baby blues nggak akan kami alami. Mendengar
cerita dari teman-teman, kondisi hamil ataupun membesarkan anak ke dua
itu akan menyisakan sejarah tersendiri. Beruntung, beberapa waktu itu
saya sudah cukup banyak ngobrol dengan Mbak Putri Langka, pengajar serta
Pembantu Dekan II Fakultas Psikologi Universitas Pancasila mengenai
masalah baby blues ini.
Paling nggak, saya jadi punya bekal untuk menghindari beberapa pemicu
yang menyebabkan baby blues, terutama untuk pihak ayah. Berikut saya
share beberapa hal yang bisa menyebabkan kenapa baby blues bisa dialami
oleh pasangan kita.
1. Rasa “Cemburu”
Mau tidak mau kehadiran anak akan banyak menyedot perhatian istri.
Hal ini tentu bisa membuat rasa perhatian dan kasih sayang istri
terhadap suami terbagi menjadi dua antara suami dan anak. Dalam hal ini
Putri Langka menyarankan akan para orangtua baru untuk tidak mengabaikan
pentingnya komunikasi. Lewat komunikasi yang baik, kedua belah pasangan
bisa membuat kesepakatan bersama untuk membagi tugas dan tetap memiliki
waktu unuk bersama
“Kadang, banyak orangtua baru yang lupa kalau kebutuhan seperti ini
tetap harus ada. Meskipun sudah mempunyai anak, kebutuhan sumai sebagai
pasangan tetap harus dipenuhi dengan begitu suami pun tidak merasa
diabaikan. Tapi, untuk para ayah, sebenarnya rasa cemburu terhadap anak
bisa dikatakan tidak wajar, untuk itulah perasaan ini harus ditekan,”
urai Putri.
2. Tidak Siap Mental
Tak heran jika pernikahan dini tidak disarankan.
Hal ini berpengaruh pada kesiapan mental dari pasangan itu sendiri.
Menjadi orangtua, khususnya ayah tentu memiliki tanggung jawab dan peran
yang sangat besar. Kondisi perubahan yang harus dihadapi ketika baru
memiliki anak, tentu harus diimbangi dengan kesiapan mental. Belum lagi
jika memang sang ayah belum siap dengan perannya membantu sang istri
merawat bayi. Mulai dari menggendong, menggantikan popok, atau bangun
malam hari lantaran bayi terus menerus. Kenyataannya, banyak suami yang
menyerah karena merasa tak mampu melakukannya. Hal ini tentu bisa
membuat ayah merasa depresi.
“Jika ayah tidak bisa beradaptasi dengan kesibukan baru dan tidak
berkomunikasi dengan baik dengan istrinya bisa saja ia menghindari
dengan pulang kantor malam hari. Harapannya tentu saat pulang ia sudah
bisa menemukan kondisi yang lebih tenang”.
3. Tidak Siap Materi
Kesiapan materi ternyata memegang peran penting dalam timbulnya
kondisi baby blues syndrome pada ayah. Seorang ayah yang tidak bisa
memenuhi tanggung jawabnya memberikan nafkah untuk keluarga akan
merasakan depresi. Hal ini bisa dipicu ketikan sang ayah tidak siap
dengan biaya perawatan bayi dan pasca melahirkan
Terlebih jika pada kondisi tertentu, di mana ternyata istri harus
menjalani operasi caesar, atau kondisi bayi lahir prematur serta adanya
kelainan sehingga membutuhkan perawatan khusus dengan biaya tinggi.
Ketidaksiapan dengan pengeluaran yang tidak terduga seperti ini mampu
menyebabkan ayah mengalami baby blues.
4. Masalah Keluarga
Sejatinya, kehadiran bayi mampu menambah kebahagiaan dalam keluarga.
Namun pada kondisi tertentu kehadiran anak bisa dianggap sebagai beban.
Hal ini biasanya berlaku pada kondisi pernikahan kurang harmonis. Bisa
akibat pernikahan pernikahan yang tidak direstui, seringnya terjadi
pertengkaran, atau bahkan adanya perselingkuhan. Dengan kehadiran bayi
tentu mampu, menyebabkan ayah juga bisa mengalami baby blues akibat
stres.
Setelah mengetahui penyebabnya, semoga Mommies dan suami bisa menghindarinya, ya!
No comments:
Post a Comment
Gunakan bahasa yang patut, sopan dan santun demi kenyamanan bersama.