SAAT ini masalah tumbuh kembang anak sudah menjadi
perhatian seluruh masyarakat Indonesia yang rela bahu membahu untuk
membuat anak lebih berkualitas. Bahkan pemerintah mengeluarkan berbagai
kebijakan sebagai dukungan. Namun faktanya, banyak doker yang menemukan
jumlah anak dengan gangguan perkembangan anak meningkat.
Kenaikan
jumlah anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang sendiri mempunyai
dua makna. Pertama, seiring perkembangan dan kemajuan teknologi
perhatian orangtua yang awalnya tidak peduli, kini sekarang lebih
memberikan perhatian.
"Saat ini tumbuh kembang anak menjadi
perhatian. Jadi tidak hanya sebatas anak cukup sehat, pintar atau
cerdas. Jadi tumbuh kembang juga diditeksi orangtua," kata ujar DR. Dr.
Eddy Fadlyana, SpA(K), M.Kes - Ketua UKK Tumbuh Kembang - Pediatri
Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) saat media workshop `Bantu
Anak Indonesia Memiliki Perilaku Cerdas & Cerdas Berperilaku yang
diadakan 'Morinaga di Jakarta belum lama ini.
Gangguan tumbuh
kembang dipicu sejumlah faktor namun dapat dihindari bila orangtua
berperan aktif sejak awal dan memahami setiap tahapan tumbuh kembang
dengan baik karena proses mewujudkan anak yang berperilaku cerdas dan
cerdas berperilaku tidak dapat dilakukan secara instan, melainkan
bertahap.
Bagaimana kasus gangguan tumbuh kembang di Indonesia?
"Sampai sekarang kita masih sedih karena belum ada data nasional. Tapi
kalau mengacu Amerika sebanyak 12-16 persen sepertinya masalah tumbuh
kembang ini lebih besar," katanya.
Fadlyana E. dalam penelitiannya
tahun 2003 menemukan fakta balita di Indonesia yang jumlahnya sebesar
10 persen dari jumlah penduduk, memiliki prevalensi (rata-rata) gangguan
perkembangan yang bervariasi, 19 persen di daerah perkotaan, dan 30
persen di daerah pedesaan.
Mengacu data tujuh rumah sakit
pendidikan di Surabaya, Jakarta, Bandung, Palembang Padang, Makassar dan
Medan memang menjadi masalah serius. Umumnya adalah masalah gangguan
bahasa dan bicara juga masalah down sydrome.
"Perkembangan bicara sangat menentukan dalam membentuk kognitif yang
baik. Jangan berharap menghasilkan generasi platinum jika anak-anak
telah mengalami gangguan bicara," katanya.
Sebuah penelitian di
Bandung, menemukan fakta, masalah ini muncul karena kesalahan pola asuh.
Di masyarakat masih ditemukan anak yang berusia dua tahun masih
digendong tanpa distimulasi. Sambil mengendong ibunya tetap memasak,
menyapu sehingga bisa bisa mengganggu berjalan atau bicara.
"Mestinya
setelah dua tahun polanya berbeda yakni dilepas seperti ayam, bermain
lalu diminta pulang. Itu bermanfaat bagi stimulasi. Jadi lingkunganlah
yang memberikan stimulasi. Ingat masalah yang dihadapi anak, akan
berdampak terhadap perkembangan selanjutkan," kata Edi.
Ia juga
mengingatkan gangguan tumbuh kembang juga bisa terjadi sejak kehamilan.
Artinya seorang ibu yang terdeteksi hamil maka harus mengonsumsi makanan
yang baik, bergizi. Ini juga sebagai langkah mengurangi kasus jumlah
anak dengan tubuh pendek yang kini jumlahnya 20 persen.
Edi
mengingatkan, jangan datang ke dokter tumbuh kembang kalau sakit saja.
Saat dalam kondisi sehat harus diperiksa sehingga jika ada masalah akan
ketahuan. Jika sudah kejadian susah akan menangani.
Berbagai
penelitian menunjukkan, pemantauan deteksi tumbuh kembang yang terbaik
dilakukan orangtua, karena mereka yang paling mengetahui keadaan anak.
Tentunya orangtua harus mempunyai waktu. "Harus ada perhatian. Yang
penting kualitas bukan kuantitasnya. Meski waktu sempit tapi kalau
dimanfaatkan dengan baik menguntungkan," katanya. (Eko Sutriyanto)
No comments:
Post a Comment
Gunakan bahasa yang patut, sopan dan santun demi kenyamanan bersama.