Pages

Translate

Monday, September 15, 2014

Manfaat Teknologi Informasi Bagi Dunia Pariwisata

Dunia Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan. Apabila sektor pariwisata dikembangkan dan dikelola dengan baik akan memberikan sumbangan yang besar terhadap keuangan negara.

Undang-undang No. 9 Tahun 1990 menyebutkan bahwa Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha lain yang terkait dibidang tersebut. Selanjutnya dikemukakan bahwa jenis usaha dibidang pariwisata mencakup beberapa jenis usaha antara lain adalah jenis usaha penyediaan akomodasi, penyediaan makanan dan minuman, penyediaan angkutan wisata, penyediaan sarana wisata dan kawasan pariwisata.

Pengembangan sektor pariwisata secara lebih luas juga akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, sektor ekonomi riil yang ada di masyarakat seperti kerajinan, aneka makanan, penginapan, hotel dan sebagainya dapat berkembang, dengan bangkitnya sektor ekonomi riil akan mampu meningkatkan derajat hidup masyarakat baik sandang, pangan, papan, pendidikan maupun kesehatan.

Besarnya dukungan pemerintah terhadap pengembangan industri pariwisata dapat mempercepat akselerasi kemajuan dunia pariwisata di Indonesia. Melalui kerjasama antara Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan Departemen Komunikasi dan Informasi, promosi potensi wisata Indonesia dapat disebarkan kepada masyarakat luas baik secara nasional maupun internasional, oleh karena itu kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sangat memungkinkan untuk digunakan sebagai sarana promosi pariwisata Indonesia ke seluruh dunia.

Pada saat ini media yang digunakan untuk mempromosikan pariwisata jauh lebih banyak dari periode sebelumnya. Kemajuan teknologi informasi merupakan salah satu faktor pendorongnya. Teknologi ini sudah banyak diadopsi oleh kalangan pemerintahan, pendidikan, bisnis dan lainnya sebagai sarana promosi, desiminasi informasi dan transaksi, oleh karena itu kemudian muncul istilah e-government, e-learning, e-business, e-commerce dan sebagainya.

Bahwa dunia pariwisata yang menjadi salah satu bidang garapan pemerintah sudah saatnya memanfaatkan Teknologi Informasi sebagai implementasi dalam e-government untuk mempublikasikan dan memasarkan potensi wisata daerah. Dengan memanfaatkan Teknologi Informasi berarti adanya suatu Sistem Informasi Manajemen yang berbasis pada pengolahan data elektronik. Namun demikian sebenarnya masih banyak hambatan atau kendala yang dihadapi dalam penerapan Teknologi Informasi ini diantaranya yaitu masih terbatasnya Sumber Daya Manusia yang handal dibidang ini yang mampu mengelola, memanfaatkan dan mengembangkan teknologi informasi dibidang pariwisata, fungsi Teknologi Informasi untuk proses pengolahan data dan transaksi yang komplek serta penyediaan informasi bagi publik masih sangat terbatas, terkadang masih dijumpai keengganan sebagian birokrat untuk membuka akses kepada publik padahal memang data dan informasi tersebut ditujukan untuk konsumsi publik.

Seiring meningkatnya petumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, kebutuhan untuk berliburpun semakin meningkat sehingga diperlukan suatu informasi tentang tujuan wisata, obyek wisata yang menarik, sarana yang tersedia seperti transportasi, produk wisata dan sebagainya, namun demikian seringkali wisatawan atau calon wisatawan baik lokal maupun mancanegara mengalami kesulitan untuk memperoleh informasi tersebut karena tidak mengetahui dimana dan dari siapa informasi bisa didapatkan. Oleh karena itu informasi dibidang pariwisata perlu disiapkan dengan baik dan terstruktur agar publik dapat mengakses dengan mudah.

Pada saat ini pemanfaatan Teknologi Informasi atau TI untuk pengembangan pariwisata di Indonesia masih lemah, Sampai saat ini belum ada website khusus yang menyediakan informasi yang lengkap mengenai sistem pariwisata di Indonesia, misalnya meliputi informasi lokasi, harga, hotel dan restoran terdekat. Selain itu, Indonesia juga belum memiliki sebuah perangkat lunak yang dapat membantu merencanakan perjalanan pariwisata berdasarkan kondisi tertentu, misalnya budget yang dimiliki oleh wisatawan dan kriteria objek wisata yang dikehendaki wisatawan. Dengan adanya beberapa fenomena seperti ini, tentu saja akan menimbulkan dampak bagi pertumbuhan pariwisata di Indonesia yang seharusnya sangat berpotensi untuk berkembang pesat. Disamping itu, terutama bagi wisatawan awam yang sangat membutuhkan informasi dan pelayanan seperti itu, juga akan merasa kesulitan, padahal Indonesia adalah negara yang memiliki beraneka ragam budaya dan objek pariwisata lainnya, namun tidak sedikit wisatawan yang belum mengetahui keberadaannya, maka tidak mengherankan apabila kita masih tertinggal bahkan dengan beberapa negara tetangga yang sudah mengalami kemajuan dibidang pariwisata. Sebagai perbandingan, Singapura dalam memasarkan obyek pariwisatanya sudah memanfaatkan teknologi informasi secara baik, pemerintah Singapura melalui Infocomm Development Authority (IDA) telah menjalin kerjasama dengan Singapore Tourism Board (STB) yang diberi nama Digital Concierge. Melalui Concierge, para wisatawan akan dilayani dengan layanan personal yang handy dan berbasiskan lokasi, mereka jugaakan memperoleh berbagai informasi seperti obyek wisata yang menarik di sekitar lokasi tempat wisatawan tersebut berada, informasi tersebut dapat diakses melalui berbagai piranti bergerak seperti ponsel.

Meskipun Indonesia sudah memiliki portal website yang cukup memadai, akan tetapi dari segi kontent atau isinya masih sederhana, permasalahan e-tourism di Indonesia adalah belum optimalnya pemasaran paket wisata karena informasi yang diberikan melalui website pariwisata belum memadai dan tidak bersifat interaktif dengan wisatawan yang membutuhkan informasi lengkap, juga belum terintegrasinya website-website pariwisata dengan dengan sistem informasi komponen lain dalam industri pariwisata seperti industri penerbangan, pelayaran, asuransi, agen travel, hotel, dan pengelola obyek wisata sendiri. Hal ini terlihat dari daerah Tujuan Wisata (DTW) yang diinformasikan hanya Jakarta dan Bali, dan belum menyentuh kekayaan pariwisata Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki anekaragam budaya. Pengembangan kepariwisataan Indonesia masih belum terpadu dan memiliki akses terbatas pada lingkup Nasional. Disamping itu, pengembangan kepariwisataan Indonesia tidak memiliki hubungan dengan kepariwisataan dengan Negara Tetangga (Malaysia, Thailand, dan Singapura). Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata Indonesia belum Optimal dalam mengembangkan e-Tourism.

Dengan memperhatikan kondisi kepariwisatan Indonesia, serta sinkronisasi sistem kepariwisataan terpadu, maka hendaknya kepariwisataan Indonesia melakukan transformasi pengembangan kepariwisataan dengan berbasiskan E-Tourism. Oleh karena itu, pengembangan E-Tourism sebaiknya lebih mendasarkan pada kondisi kepariwisataan Indonesia.

Konsep E-Tourism pada dasarnya merupakan konsep yang masih baru dan belum mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang bergerak dalam bidang pariwisata, khususnya di Indonesia. E-Tourism masih di lihat sebagai sesuatu hal yang masih perlu dikaji lebih jauh mengenai keberadaan. Meskipun dilain pihak dalam pengembangan pariwisata penekanan terhadap pemanfaatan Internet sudah tinggi, namun hal ini tidak di barengi dengan aplikasi internet tersebut sebagai alat pengembangan pariwisata. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka pengembangan E-Tourism sangat terkait erat dengan penggunaan internet sebagai media utama yang dipakai. Pada hakekatnya internet memiliki peran yang tidak terpisah dalam perkembangan teknologi, terutama pariwisata. Internet telah menjadi salah satu solusi yang ditawarkan untuk mempermudah kinerja pengembangan pariwisata di Indonesia. Lewat internet banyak hal bisa di akses secara mudah, serta digunakan oleh sebagian besar masyarakat di dunia. Hal ini memungkinkan penyebaran informasi mengenai pengembangan pariwisata bisa diakses kapan, dimana, serta oleh siapa saja.

Ada tiga tingkatan utama dalam penyusunan sistem e-Tourism yaitu : 1) Bagian-bagian koleksi data, yang merupakan dasar dalam dalam melakukan standarisasi dan konsolidasi. Pada bagian ini terdapat elemen-elemen seperti hotel, tempat rekreasi, serta event-event penting yang bisa diakses oleh konsumen. Oleh karena itu, pengumpulan data serta penerapan standarisasi dan konsulidasi menjadi tujuan utama dalam tingkatan pertama; 2) manajemen dan follow-up dalam hal ini mencakup perancangan sistem yang akan disusun berdasarkan bagian-bagian standarisasi dan konsolidasi pada tingkatan pertama; 3) mencakup aplikasi ataupun penerapan sistem yang terjadi dalam rangka pemasaran. tingkatan ketiga pada dasarnya merupakan tingkatan penyampaian dan penyebaran informasi kepada wisatawan.

Dalam sistem kepariwisataan yang berbasiskan E-Tourism, penekanannya adalah pada online booking, namun disesuaikan berdasarkan perkembangan pariwisata di Indonesia, dimana konsumen pariwisata kembali diperhadapkan dengan hal klasik seperti ketersediaan waktu dan harga/keuangan. Kemudian sistem ini juga dihadapkan dengan masalah yang sama yakni akomodasi, transportasi, serta fasilitas dari aktivitas yang akan disiapkan. Namun yang berbeda dan menjadi ciri khas dari sistem ini adalah, adanya satu konsep objek wisata yang lebih terfokus untuk masalah kebudayaan, serta kawasan wisata yang ada.

Adapun alasan dasar mengapa hal-hal tersebut diangkat dan menjadi salah satu prioritas adalah karena lewat hal ini budaya Indonesia secara khusus diperkenalkan kepada konsumen dalam hal ini turis, disisi lain budaya yang ada akan terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat, karena lewat budaya ini bukan saja identitas yang akan tetap dipertahankan namun juga lewat budaya, masyarakat setempat pun mendapatkan penghasilan. Begitu juga kawasan wisata yang selama ini memiliki potensi yang besar namun belum diperhatikan bisa dapat dimaksimalkan oleh pemerintah daerah.

Lewat sistem online booking, sangat mempermudah konsumen merencanakan serta melakukan perhitungan yang tepat untuk mendapatkan paket liburannya. Hal ini disebabkan karena konsumen dalam hal ini wisatawan dapat mengetahui kepastian biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan perjalanan. Disamping itu, wisatawan juga dapat memperoleh kepastian akan aktivitas yang akan dilakukan pada saat melakukan perjalanan.
Disisi lain, dengan adanya informasi yang komperhensif mengenai jarak ke lokasi wisata dan juga jaraka perjalanannya, maka akan mempermudah wisatawan dalam mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan ke lokasi wisata tersebut. Oleh karena itu, jarak, tidak lagi menjadi masalah yang terlalu signifikan dalam penyampaian informasi untuk efisiensi dan efektifitas wisatawan.

Berdasarkan pemahaman diatas, maka kehadiran E-Tourism dalam meningkatkan pendapatan pariwisata sangatlah penting. Pengoptimalan potensi pariwisata tidak hanya berada dalam aras pembenahan lokasi maupun objek wisata, namun harus diikuti dengan pemafaatan teknologi internet dalam melakukan promosi serta pemesanan langsung oleh wisatawan.

Kepariwisataan Indonesia pada dasarnya memiliki potensi yang sangat besar dan merupakan sektor yang dapat diandalkan untuk mengembangkan, dengan syarat pengembangan potensi ini didukung oleh pola perencanaan dan pengembangan yang menyeluruh dengan melibatkan pemanfaatan teknologi internet.
Namun perkembangan kepariwisataan ini harus didukung oleh pola pengelolaan internet dalam rangka menyediakan informasi yang menyeluruh bagi wisatawan, yang nantinya dapat dipakai sebagai alat pengambilan keputusan untuk melakukan perjalanan wisata. Mengacu pada pemahaman tersebut, maka E-Tourism perlu diletakan sebagai alat didalam mengembangkan kepariwisataan Indonesia terutama dalam penyediaan informasi dan pemesanan paket pariwisata oleh wisatawan. Belajar dari pengalaman Malaysia, persoalan utama yang dihadapi Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan adalah ketidak tersediaan informasi yang menyeluruh tentang potensi pariwisata secara terintegrasi. Hal ini menyebabkan pariwisata Indonesia cenderung tertinggal di banding negara Malaysia, Thailand, dan Singapura. Oleh karena itu, didalam kepariwisataan, pengembangan e-Tourism berbasis online booking perlu menjadi perhatian Indonesia.

Melalui E-Tourism paling tidak dapat memberikan peningkatan pendapatan dalam bidang kepariwisataan bagi pariwisata Indonesia, dan juga mendorong promosi serta penyediaan informasi secara lengkap bagi wisatawan. Disisi lain, E-Tourism juga dapat mengurangi travel agen luar, sehingga semua pendapatan dari pengeluaran wisatan menjadi hak pariwisata Indonesia. Berdasarkan ketersediaan berbagai aspek seperti akamodasi, objek wisata, fasilitas untuk mendukung aktivitas wisatawan, , dan adanya informasi yang lengkap tentang jarak perjalanan dan didukung oleh kecocokan harga dan waktu, maka akan sangat membantu wisatawan untuk mengambil keputusan didalam melakukan perjalanan ke Indonesia. e-tourism dipandang sebagai bentuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan daya guna dalam bidang pariwisata, memberikan berbagai jasa layanan pariwisata kepada customers dalam bentuk telematika, dan menjadikan penyelenggaraan pemasaran pariwisata lebih mudah diakses.

KENDALA YANG DIHADAPI
Masalah penganggaran selalu menjadi kendala utama dalam menyiapkan data pariwisata dengan menggunakan Teknologi Informasi. Untuk membangun sarana dalam merepresentasikan, menyimpan dan memelihara data pariwisata menggunakan media internet membutuhkan biaya yang cukup besar. Biaya ini bukan hanya dari segi pembelian perangkat keras dan perangkat lunak, tetapi juga biaya penyiapan informasi pariwisata yang tepat dan relevan. Setelah penyiapan dilakukan, juga diperlukan biaya untuk pemeliharaan, mengingat data pariwisata sangat dinamis sehingga membutuhkan penanganan yang seksama. Kebutuhan perangkat lunak lebih mudah diperoleh asalkan biayanya tersedia. Tapi kebutuhan untuk menyiapkan data pariwisata seperti di atas yang harus dapat disimpan secara baik bukan pekerjaan yang mudah. Hal ini disebabkan masih sulitnya mencari data pariwisata yang akurat serta langkanya ahli pariwisata. Kita tidak dapat mengisi suatu informasi pariwisata dengan data pariwisata yang seadanya atau asal-asalan. Selain itu untuk dapat melakukan interaksi dengan internet tentunya diperlukan sarana perangkat keras yang memadai dan jaringan komputernya. Hal ini masih dapat diatasi dengan sistem penyewaan sarana seandainya yang bersangkutan tidak memiliki sendiri.

Kendala lain adalah sosial budaya terutama bagi bangsa Indonesia karena kalau menggunakan internet maka interaksi antar manusia menjadi berkurang. Hal ini akan menimbulkan kecanggungan bagi sebagian besar masyarakat, apalagi penggunaan Teknologi Informasi bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia masih merupakan hambatan. Hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia yang biasa berinteraksi dengan internet dan umumnya adalah masyarakat usia muda.

Kendala lain adalah soal keamanan dimana masyarakat kita biasanya setelah membayar sesuatu maka akan langsungmenerimanya, atau malahan kalau mungkin berhutang dulu. Dengan adanya internet maka uang akan ditagih lebih dulu melewati kartu kredit yang bersangkutan, sedangkan produk baru diberikan belakangan. Hal seperti ini akan menimbulkan keraguan karena timbul perasaan tidak aman.

No comments:

Post a Comment

Gunakan bahasa yang patut, sopan dan santun demi kenyamanan bersama.