Menghadapi
kenyataan bahwa buah hati menyandang autisme kerap menjadi sebuah
'kejutan' bagi orang tua dan membuat mereka sulit untuk menerima
kenyataan yang ada. Sebenarnya, risiko autisme pada anak bisa dideteksi
dari orang tuanya yakni melalui tes genetik.
"Melalui tes genetik ini, kalau ibu dan ayah diketahui punya gen
autistik, maka kita bisa merekomendasikan pengelolaan kehamilan untuk
menghindari risiko autis misalnya bagaimana pola hidupnya, pola makan,
dan kondisi lingkungan," kata ahli genetika Prof. Dr. Michael Klentze,
MD, Ph.D dari Thanyapura Integrative Health Center, Phuket, Thailand.
Prof Klentze menyebutkan tes genetik ini dilakukan dengan menampung air
liur dalam tube kurang lebih 2,5 ml. Tes ini bisa dilakukan oleh ayah
atau ibu untuk mengetahui apakah mereka berisiko mempunyai anak dengan
autisme. Pada anak, bisa dilihat juga apakah ia merupakan individu
autistik.
Keakuratan tes ini dikatakan Prof Kentze yakni 100 persen karena memang
gangguan-gangguan yang disebabkan karena faktor genetik dari awal sudah
bisa dibuktikan. Nantinya hasil tes akan keluar dalam waktu kurang lebih
satu bulan. Pada hasil tes akan diberikan persentasi seberapa besar
risiko autisme seseorang.
"Hasil tes juga dilengkapi dengan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan orang tua. Dengan begitu, kita bisa lakukan treatment khusus
jika si ibu ingin hamil misalnya makan makanan organik salah satunya,
supaya risiko autistik bisa dihindari," papar Prof Klentze.
Penjelasan itu diberikan Prof Klentze dalam talk show 'Biomarker
Skrining untuk Autisme: Sebuah Langkah Besar untuk Pendeteksian Berbasis
Ilmiah' di RSIA Grand Family, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu
(16/11/2013).
Prof Klentze juga menuturkan bahwa autistik disebabkan karena faktor
genetik ditambah faktor lingkungan dan kesehatan janin saat di
kandungan. Ketika faktor tersebut dikombinasikan akan menyebabkan
pertumbuhan yang abnormal di otak.
Nah, seluruh tubuh manusia, sebut Prof Klentze sebenarnya tersusun dari
DNA yang membentuk sistem saraf, dan otak. Karena DNA adalah rangkaian
yang rapat, jika ada salah satu perubahan lengannya, maka ada perubahan
besar di tubuh yang disebut polymophism.
"Jadi, faktor genetik ditambah faktor lingkungan, terutama ketika si ibu
mengandung misalnya terkena paparan logam berat atau merokok, bisa
mengubah pertumbuhan otak anak, fungsi otak, bahkan sifat dan perilaku.
Jadi autis itu bukan musibah yang begitu saja kita terima tapi sesuatu
yang bisa kita kontrol jika kita tahu lebih awal," papar Prof Klentze.
Tes genetik untuk mengetahui risiko autistik pada anak bisa dilakukan di
klinik B30 RSIA Grand Family dengan biaya kurang lebih Rp 12 juta
No comments:
Post a Comment
Gunakan bahasa yang patut, sopan dan santun demi kenyamanan bersama.