Dalam Anguttara Nikaya, pembagiannya
benar-benar merupakan pembagian menurut nomor. Ada sebelas kelompok yang
diklasifikasikan (nipata); pokok pembahasan yang pertama merupakan
bagian-bagian tunggal, yang diikuti oleh kelompok-kelompok dua dan
seterusnya sampai kelompok sebelas. Tiap nipata dibagi dalam vagga-vagga
yang masing-masing memuat sepuluh sutta atau lebih, yang seluruhnya
berjumlah 2.308 sutta.
1. Ekaka-Nipata.
Pikiran-pikiran terpusat/tidak terpusat, terlatih/tidak terlatih,
dikembangkan / tidak dikembangkan; usaha, ketekunan, Sang Buddha,
Sariputta, Moggallana, Mahakassapa; pandangan-benar/salah;
konsentrasi-benar / salah.
2. Duka. Dua
jenis kamma vipaka (baik yang membuahkan hasil dalam kehidupan sekarang
maupun yang membawa kepada tumimbal lahir), sebab musabab kebaikan dan
kejahatan; harapan dan keinginan, keuntungan dan panjang umur; dua jenis
dana (dana benda-benda material dan dana Dhamma); dua golongan bhikkhu:
mereka yang telah menyelami/belum menyelami Empat Kesunyataan Mulia –
mereka yang hidup/tidak hidup dalam keselarasan.
3. Tika.
Tiga pelanggaran – jasmani, ucapan dan pikiran; tiga perbuatan yang
patut dipuji: kedermawanan, penglepasan, pemeliharaan orang tua; usaha
untuk mengendalikan munculnya keadaan-keadaan tidak baik yang belum
muncul, mengembangkan keadaan-keadaan baik yang belum muncul,
melenyapkan keadaan-keadaan tidak baik yang telah muncul;
pandangan-pandangan yang menyimpang dari ajaran: bahwa
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dan menyedihkan ataupun yang
tidak menyenangkan dan tidak menyedihkan disebabkan oleh
perbuatan-perbuatan lampau, bahwa pengalaman-pengalaman ini telah
ditentukan, bahwa pengalaman-pengalaman ini tanpa sebab.
4. Catukka. Orang-orang
yang tak berdisiplin tidak mempunyai sikap, konsentrasi, pengertian,
pembebasan; si dungu menambah cela dengan jalan memuji yang tak patut
dipuji, mencela yang patut dihargai, bergembira tatkala orang tidak
bergembira, tidak bergembira tatkala orang bergembira; empat jenis
orang: tidak bijaksana dan tidak pula beriman, tidak bijaksana tetapi
beriman, bijaksana tetapi tidak beriman, bijaksana dan beriman; bhikkhu
hendaknya puas dengan jubah, pemberian, tempat tinggal, dan obat-obatan
yang mereka miliki; empat jenis kebahagiaan; hidup dalam lingkungan yang
sesuai, bergaul dengan orang yang baik, memiliki keinsafan diri, telah
mengumpulkan kusalakamma pada kehidupan lampau; empat Brahma Vihara:
metta, karuna, mudita, upekkha; empat sifat yang menjaga bhikkhu dari
kekeliruan: ketaatan terhadap sila, pengendalian pintu-pintu indria,
kesederhanaan dalam makanan, kesadaran penuh yang mantap; empat cara
pemusatan diri: untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup ini, untuk
memperoleh pengetahuan dan pengertian, untuk mencapai kesadaran dan
pengendalian diri, untuk menghancurkan kekotoran-kekotoran; empat macam
orang yang memupuk kebencian, kemunafikan, keuntungan dan kehormatan
selain dari yang berhubungan dengan Dhamma; empat macam pandangan
keliru: ketidakkekalan untuk kekekalan, dukkha untuk sukha, tanpa-aku
untuk aku, ketidaksucian untuk kesucian; empat kesalahan para pertapa
dan brahmana: minum minuman keras yang mengacaukan pikiran, kecanduan
pada kenikmatan indria, menerima uang, mencari nafkah dengan cara
tercela; empat lapangan dalam kebahagiaan yang membawa pahala: secara
benar meyakini Sang Buddha sebagai Yang Maha Mengetahui, Dhamma sebagai
yang telah dibabarkan dengan baik, Sangha sebagai yang telah dibentuk
dengan baik, para siswa yang bebas dari kekotoran; empat cara hidup
bersama: yang jahat dengan yang jahat, yang jahat dengan yang baik, yang
baik dengan yang jahat, yang baik dengan yang baik; persembahan makanan
memberikan si penerima: hidup dengan usia panjang, kecantikan,
kebahagiaan, kekuatan fisik; empat kondisi untuk mencapai kesejahteraan
duniawi: usaha yang terus menerus, perlindungan terhadap penghasilan,
persahabatan yang baik, penghidupan yang seimbang; empat kondisi untuk
mencapai kesejahteraan batin: keyakinan, sila, dana, dan Pañña; empat
musuh yang kepadanya metta hendaknya dikembangkan; empat Usaha Benar;
Empat Hal Yang Tak Terpikirkan: lingkungan seorang Buddha, jhana-jhana,
kamma-vipaka, spekulasi atas asal mula dunia; empat tempat ziarah: ke
tempat kelahiran Buddha, tempat mencapai Penerangan, tempat membabarkan
khotbah pertama, dan tempat wafat; empat jenis ucapan yang
berfaedah/tidak berfaedah: kebenaran/kebohongan, bukan
fitnahan/fitnahan, kelembutan/kekasaran, bijaksana/ semberono; empat
sifat esential: sila, samadhi, Pañña dan pembebasan; empat kemampuan:
keyakinan, kekuatan daya, kesadaran, konsentrasi; empat unsur; empat
macam orang yang patut dikenang dengan monumen: Buddha, Paccekka Buddha,
Arahat dan para Raja “Pemutar Roda”; para bhikkhu hendaknya tidak
mengundurkan diri ke hutan jika menyerah kepada: nafsu, kedengkian, iri
hati, atau pikiran tidak sehat.
5. Pancaka.
Lima ciri yang baik dari seorang siswa: kehormatan, kesederhanaan,
penghindaran diri dari perbuatan-perbuatan tidak baik, kekuatan daya,
kebijaksanaan; lima rintangan batin: nafsu indria, kemauan jahat,
kemalasan, kegelisahan dan kekuatiran, keragu-raguan; lima obyek
meditasi: kekotoran, tanpa-aku, kematian, ketidaksukaan terhadap
makanan, ketidakenakan di dunia; lima sifat buruk: tidak bebas dari
nafsu, kebencian, khayalan, kemunafikan, dendam; lima perbuatan baik:
metta, perbuatan jasmani, ucapan dan pikiran, kepatuhan pada sila dan
berpandangan benar.
6. Chakka.
Kewajiban rangkap-enam dari seorang bhikkhu: penghindaran diri dari
perbuatan (yang menghasilkan kamma), perdebatan, tidur dan berkawan,
kerendahan hati dan pergaulan dengan orang bijaksana.
7. Sattaka.
Tujuh jenis kekayaan: kehormatan, kelakuan baik, kesederhanaan,
penjauhan diri dari perbuatan-perbuatan tidak baik, pengetahuan,
penglepasan, kebijaksanaan; tujuh jenis kemelekatan: harapan akan
pemberian, kebencian, keyakinan keliru, keragu-raguan, kesombongan,
kehidupan duniawi, ketidak tahuan.
8. Atthaka. Delapan sebab kesadaran/pemberian dana/gempa bumi.
9. Navaka.
Sembilan perenungan: kekotoran, kematian, ketidaksukaan terhadap
makanan, ketidakacuhan terhadap dunia, ketidakkekalan, dukkha yang
disebabkan oleh ketidakkekalan, ketidaktampakan dukkha, penglepasan,
ketenangan hati; sembilan jenis manusia: mereka yang telah menempuh
empat jalan ke Nibbana dan menikmati “buah” bersama puthujjana (manusia
biasa yang belum mencapai kesucian); dll.
10. Dasaka.
Sepuluh perenungan: ketidakkekalan, tanpa-aku, kematian, ketidaksukaan
terhadap makanan, ketidakacuhan terhadap dunia, tulang, dan empat tahap
pembusukan mayat – dihinggapi cacing, hitam dengan kerusakan, merekah
karena kerusakan, bengkak; sepuluh jenis penyucian: melalui pengetahuan
benar, pembebasan benar, dan delapan langkah dari Delapan Jalan Mulia.
11. Ekadasaka. Sebelas jenis kebahagiaan/jalan menuju Nibbana/sifat-sifat baik dan buruk dari seorang penggembala dan bhikkhu.
No comments:
Post a Comment
Gunakan bahasa yang patut, sopan dan santun demi kenyamanan bersama.